Saya termasuk orang yang pelupa tetapi untuk beberapa hal yang menyakitkan biasanya saya ingat. Pada suatu sore, waktu itu mungkin umur saya sekitar 7 tahun, setelah mandi dan dandan rapi saya berpikir bahwa saya akan diajak pergi oleh ibu saya tetapi begitu ibu saya masuk ke dalam mobil, pembantu ibu saya memegangi saya sehingga saya tidak bisa ikut. Rasanya? sedih, sakit, merasa ditipu. Terkadang kita mencari cara praktis karena ada keperluan, tetapi mengapa perasaan anak yang dikorbankan?
Mengapa orangtua tidak mau menerima resiko entah apapun itu atas waktu yang harus diluangkan untuk membujuk atau menjelaskan kepada anaknya bahwa kita harus pergi karena suatu tanggung jawab dan si anak tidak boleh ikut karena situasi di tempat itu tidak membuat anak nyaman atau bahkan memang dilarang seperti membesuk pasien di rumah sakit misalnya. Seperti kejadian pagi ini, tiba-tiba si bontot kekeuh nangis dan rewel mau ikut. Saya bisa saja pergi diam-diam, tapi nanti dia pasti kecewa. Kebetulan di rumah saya sudah menyiapkan pertolongan pertama pada kerewelan alias coklat kesukaan si bontot. Setelah saya berikan coklat, dia tetap rewel dan mau ikut, kemudian saya gendong dia ke bawah sambil melihat apakah taksi yang saya pesan sudah datang dan saya jelaskan bahwa kalau dia ikut nanti tidak boleh masuk karena anak-anak dilarang untuk masuk karena banyak kuman penyakit dan berbahaya. Memang pada saat itu ibu saya tampak tidak sabar dan meminta saya seharusnya pergi diam-diam. Saya merelakan badan ini penuh keringat berurusan dengan si bontot, sambil membujuk dan menggendong dia saya tidak memberikan statement apapun apakah dia boleh ikut atau tidak, tetapi saya biarkan dulu dia bersama saya untuk beberapa saat....dan ditengah tangisnya dia berkata: "aku mau sama greni aja", sampai saya tegaskan lagi apa benar dia mau di rumah dengan neneknya dan dia mengiyakan.
Dalam setiap hubungan, trust memegang peranan penting terhadap apa yang akan kita tuai nantinya, sekarang ini mungkin dia tergolong barang mahal dan langka. Saya akan menggunakan kata "trust" dan bukan "kepercayaan", karena saya memaknai arti kepercayaan dalam bahasa Indonesia itu memiliki interpretasi yang beragam. Saya memang tidak terlihat sempurna dimata anak-anak, saya yang suka ngomel-ngomel lah, kadang memberikan hukuman ditambah emosi dan tidak jarang membuat mereka menangis tetapi mereka semua nyaman dalam asuhan saya karena saya yakin mereka percaya segala kebutuhan mereka akan selalu saya penuhi, dalam kondisi apapun mereka akan saya lindungi dan setiap prestasi yang mereka capai akan mendapatkan reward dari saya. Entah mengapa saya yakin anak-anak tidak akan luka karena saya ngomel-ngomel, tetapi mereka akan luka yang sangat dalam jika saya berbuat curang dengan berbohong dan saya tidak mau membiasakan anak saya menggunakan “cara praktis” seperti itu juga. Mereka memang masih kecil, tetapi sebagai manusia, berapapun usianya kita patut memberikan respect terhadap mereka, kita sering berkata waah anak itu segalanya buat saya, saya akan lakukan apapun untuk anak saya….apa iya?? How about giving them some respect?
Walaupun kali ini saya berbicara tentang parenting, trust akan selalu menjadi hal penting dalam setiap hubungan: pernikahan, kerja, bisnis, dan hubungan lainnya yang melibatkan pihak lain karena setiap hubungan tidak akan ada yang selalu mulus dan disaat kita merasa ada ancaman dalam hubungan ini trust-lah yang akan menyelamatkan karena dia akan bilang : "tenang, dengan orang ini..kamu akan baik-baik saja".
Jika tulisan ini masih terasa belum nyata, cobalah untuk pikirkan satu kejadian dimana pasangan / partner kerja / orangtua / anak ketauan berbohong atau mencurangi kita, apakah hubungan kita akan tetap terasa sama dan nyaman? It is never going to be the same, dan untuk membangun trust itu kembali terkadang butuh waktu yang lama.
So for today, thank you Shana for understanding...and I know someday I will be missing the moment you're holding your cokicoki and whining...(and thank God karena sebetulnya saya nyaris "nyerah" dan mau ajak si bontot ikut).
Saya adalah orang yang sangat menjunjung tinggi integrity-in term of being an employee, dan menjunjung tinggi trust dalam hubungan keluarga serta menjunjung tinggi respect dalam setiap hubungan, dan seharusnya respect-trust-integrity menjadi hal penting dalam setiap interaksi atau hubungan kita dengan orang lain.
huaaahhh, mbrebes mili bacanyaaaa..
BalasHapuskalo perihal pekerjaan dan pertemanan ya sudahlah ya kan udah pernah cerita
tapi soal anak ini yang kemaren banget baru ngalamin, si ponakan gamau pisah padahal dia harus pulang ke Karawang tapi minta aku ikut, "Mira mau ke mana? Ibu ga ikut? Mira mau sama Ibu."
Nyeessss, aku coba jelasin pelan2 kalo harus kerja dulu, nanti kalo libur ketemu lagi. Harus pisah dulu, nanti ketemu main lagi. Dengan raut wajah sedih dia bilang, "oh, Ibu kerja dulu ya?" dan aku jawab, " iya, nanti ketemu lagi Ibu bikinin kupukupu gede yaaaa, kita maen bareng lagi" alhamdulillah mau ngerti meski rasanya nyes banget ya lihat sedihnya itu
Tapi balik lagi, dari sedini mungkin harus ditanamkan trust. So yes for respect-trust-integrity.