Langsung ke konten utama

Lestarikan TRUST !

Saya termasuk orang yang pelupa tetapi untuk beberapa hal yang menyakitkan biasanya saya ingat. Pada suatu sore, waktu itu mungkin umur saya sekitar 7 tahun, setelah mandi dan dandan rapi saya berpikir bahwa saya akan diajak pergi oleh ibu saya tetapi begitu ibu saya masuk ke dalam mobil, pembantu ibu saya memegangi saya sehingga saya tidak bisa ikut. Rasanya? sedih, sakit, merasa ditipu. Terkadang kita mencari cara praktis karena ada keperluan, tetapi mengapa perasaan anak yang dikorbankan? 


Mengapa orangtua tidak mau menerima resiko entah apapun itu atas waktu yang harus diluangkan untuk membujuk atau menjelaskan kepada anaknya bahwa kita harus pergi karena suatu tanggung jawab dan si anak tidak boleh ikut karena situasi di tempat itu tidak membuat anak nyaman atau bahkan memang dilarang seperti membesuk pasien di rumah sakit misalnya. Seperti kejadian pagi ini, tiba-tiba si bontot kekeuh nangis dan rewel mau ikut. Saya bisa saja pergi diam-diam, tapi nanti dia pasti kecewa. Kebetulan di rumah saya sudah menyiapkan pertolongan pertama pada kerewelan alias coklat kesukaan si bontot. Setelah saya berikan coklat, dia tetap rewel dan mau ikut, kemudian saya gendong dia ke bawah sambil melihat apakah taksi yang saya pesan sudah datang dan saya jelaskan bahwa kalau dia ikut nanti tidak boleh masuk karena anak-anak dilarang untuk masuk karena banyak kuman penyakit dan berbahaya. Memang pada saat itu ibu saya tampak tidak sabar dan meminta saya seharusnya pergi diam-diam. Saya merelakan badan ini penuh keringat berurusan dengan si bontot, sambil membujuk dan menggendong dia saya tidak memberikan statement apapun apakah dia boleh ikut atau tidak, tetapi saya biarkan dulu dia bersama saya untuk beberapa saat....dan ditengah tangisnya dia berkata: "aku mau sama greni aja", sampai saya tegaskan lagi apa benar dia mau di rumah dengan neneknya dan dia mengiyakan. 


Dalam setiap hubungan, trust memegang peranan penting terhadap apa yang akan kita tuai nantinya, sekarang ini mungkin dia tergolong barang mahal dan langka. Saya akan menggunakan kata "trust" dan bukan "kepercayaan", karena saya memaknai arti kepercayaan dalam bahasa Indonesia itu memiliki interpretasi yang beragam.  Saya memang tidak terlihat sempurna dimata anak-anak, saya yang suka ngomel-ngomel lah, kadang memberikan hukuman ditambah emosi dan tidak jarang membuat mereka menangis tetapi mereka semua nyaman dalam asuhan saya karena saya yakin mereka percaya segala kebutuhan mereka akan selalu saya penuhi, dalam kondisi apapun mereka akan saya lindungi dan setiap prestasi yang mereka capai akan mendapatkan reward dari saya. Entah mengapa saya yakin anak-anak tidak akan luka karena saya ngomel-ngomel, tetapi mereka akan luka yang sangat dalam jika saya berbuat curang dengan berbohong dan saya tidak mau membiasakan anak saya menggunakan “cara praktis” seperti itu juga.  Mereka memang masih kecil, tetapi sebagai manusia, berapapun usianya kita patut memberikan respect terhadap mereka, kita sering berkata waah anak itu segalanya buat saya, saya akan lakukan apapun untuk anak saya….apa iya?? How about giving them some respect?
Walaupun kali ini saya berbicara tentang parenting, trust akan selalu menjadi hal penting dalam setiap hubungan: pernikahan, kerja, bisnis, dan hubungan lainnya yang melibatkan pihak lain karena setiap hubungan tidak akan ada yang selalu mulus dan disaat kita merasa ada ancaman dalam hubungan ini trust-lah yang akan menyelamatkan karena dia akan bilang : "tenang, dengan orang ini..kamu akan baik-baik saja".
Jika tulisan ini masih terasa belum nyata, cobalah untuk pikirkan satu kejadian dimana pasangan / partner kerja / orangtua / anak ketauan berbohong atau mencurangi kita, apakah hubungan kita akan tetap terasa sama dan nyaman? It is never going to be the same, dan untuk membangun trust itu kembali terkadang butuh waktu yang lama.

So for today, thank you Shana for understanding...and I know someday I will be missing the moment you're holding your cokicoki and whining...(and thank God karena sebetulnya saya nyaris "nyerah" dan mau ajak si bontot ikut).

Saya adalah orang yang sangat menjunjung tinggi integrity-in term of being an employee, dan menjunjung tinggi trust dalam hubungan keluarga serta menjunjung tinggi respect dalam setiap hubungan, dan seharusnya respect-trust-integrity menjadi hal penting dalam setiap interaksi atau hubungan kita dengan orang lain.





Komentar

  1. huaaahhh, mbrebes mili bacanyaaaa..
    kalo perihal pekerjaan dan pertemanan ya sudahlah ya kan udah pernah cerita
    tapi soal anak ini yang kemaren banget baru ngalamin, si ponakan gamau pisah padahal dia harus pulang ke Karawang tapi minta aku ikut, "Mira mau ke mana? Ibu ga ikut? Mira mau sama Ibu."

    Nyeessss, aku coba jelasin pelan2 kalo harus kerja dulu, nanti kalo libur ketemu lagi. Harus pisah dulu, nanti ketemu main lagi. Dengan raut wajah sedih dia bilang, "oh, Ibu kerja dulu ya?" dan aku jawab, " iya, nanti ketemu lagi Ibu bikinin kupukupu gede yaaaa, kita maen bareng lagi" alhamdulillah mau ngerti meski rasanya nyes banget ya lihat sedihnya itu

    Tapi balik lagi, dari sedini mungkin harus ditanamkan trust. So yes for respect-trust-integrity.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Welcome to Makassar - Episode Bahasaku Bahasamu

Excited , waswas, panik, saat betul-betul menyadari bahwa sebentar lagi kami (saya dan anak-anak) harus pindah ke Makassar menyusul suami untuk menetap disana, entah berapa lama.  Sebagai emak-emak rempong tentu saja pada saat H minus sekian dan H plus sekian, masih saja rempong.  Banyak yang bertanya akan niat saya pindah, belum lagi yang berusaha menggagalkan kepindahan saya dengan black campaign nya hehehe.   Akhirnya tanggal 9 Januari 2016 saya untuk pertama kalinya dan dengan nekadnya mendarat juga di Makassar.   Setelah beberapa kali berkeliling, makan di rumah makan, jajan di minimarket, ke tempat londri, dapat saya simpulkan bahwa saya mengalami kesulitan berkomunikasi dengan mas-mas atau mba-mba yang mungkin pendidikannya tidak terlalu tinggi dan logat kedaerahannya sangat kental atau juga dengan orang yang usianya mungkin diatas 60 yaa, karena biasanya yang cukup berpendidikan atau yang usianya relatif sama dengan saya akan langsung m...

Ayam*, I want that tumbler

Otak ini selalu random memilih topik untuk ditulis, jadi jangan dipertanyakan motivasi tulisan saya kali ini :D (padahal dari judul obvious yak wakwaww) Jika black eye dianggap sebagai kopi sekopi-kopinya alias kopi banget, berarti kalau saya bilang saya ini peminum kopi tapi yang diminum kopi sachetan, piye? Eh tapi ga bangga juga sih jadi peminum kopi, itu kan judulnya pecandu kafein yaa?! Lepas dari nikotin, sekarang menemukan kafein.  Cuma membayangkan kopi saja bisa langsung merubah mood, kalau sehari belum ketemu jadi kangen ga ketulungan. Saya lama-lama jadi takut, apapun itu yang namanya “nyandu” efeknya ga bagus, apalagi ini kopi.  Kalau kecanduan sayur-sayuran sih ok aja lah.  Diluar manfaatnya baik atau tidak untuk tubuh, ini mungkin pikiran saya melayangnya kejauhan ya, saya jadi menyandarkan mood atau hidup kepada sesuatu yang sangat duniawi, walaupun hanya secangkir kopi. Please somebody tell me : it’s fine.. Buat saya kopi adalah minuman...

Haruskah saya bekerja lagi?

Merasa gagal menidurkan si bontot, biarlah dia bermain...dan permainannya menjilat kuas kemudian dia melukis diatas pot..ah sudahlah, bukan ini yang ingin saya bahas. Diskusi via WA hari ini dengan serorang sahabat membuat saya juga kembali bertanya, ada apa gerangan dengan pernikahan saat ini? Terutama mengenai tanggung jawab suami dan istri. Mengapa banyak sekali saya temui perempuan yang seolah tak memiliki pilihan sehingga harus terpaksa bekerja untuk menafkahi keluarga? Apakah suaminya terlalu cengeng? Apakah standar hidupnya tidak mau berubah? Apakah jangan-jangan sebetulnya si istri mencari-cari alasan seolah sulit untuk berhenti bekerja? Oh iya, bekerja yang saya maksud adalah keluar rumah untuk  mencari nafkah dari pagi hingga sore/malam dan meninggalkan pengasuhan anak kepada orang lain. Kadang kita merasa senang sekaligus bersalah disaat kita merasa sedang galau kemudian ada yang curhat dan kita merasa bersyukur dengan nasib kita yang serasa...