"Kisah seorang sahabat yang hidup dengan kanker, merasa sepi dan sendiri, suami yang tidak pengertian dan sibuk kecentilan entah dengan siapa perempuan itu.
Saat ia meninggal, postingan manis berjuta gombalan ditulis oleh sang suami membuat saya muak membacanya."
BERITA DARIKU
Katamu aku wanita iblis
Nyatanya, aku sedang meregang nyawa
Di sini akaramu namun aku sepi
Ketidakberdayaanku mencabik rasa
Inikah yang kau maksud iblis itu?
Aku benalu di benakmu
Aku nareswari di jagat mayamu
Entah apa rencanamu,
Aku mau pulang,
Bersama hening yang tenang
Nyatanya, aku takut
Hingga mengalir air mata
Yang bermuara di lautannya
Wahai fulana
Lama kunanti dikau
Berharap senja melambat
Gelap nan singkat
Dan siang yang panjang
Menanti sang fulana datang,
Tampung luapan jutaan kata
Terkadang air mata
Masih mencerna
Entah apa rencanamu
Kunanti sang ajal menjemput
Sisakan banyak waktu
Untuk kau dan rencanamu
Makassar
2019
==========
"Anak lagi lucu-lucunya tapi harus ditinggal bekerja."
BISKUIT SUSU
Kamu yang menul-menul
Jangan sangka ibu tak rindu
Biar ibu merambah deru ibukota
Demi dunia,
buat kita!
Baumu merasuk menyesak kalbu
Yang seperti biskuit susu
Cengengmu
Manjamu
Jenakamu
Nantikan ibu,
Kecup ibu, untuk biskuit susu
-Mei 2010-
==========
"Mengamati para pengguna sosmed." (Oh ya, saya sudah tidak punya akun FB)
FACEBOOK-KU
Dalam tulisan seorang pecinta,
Terumbar romantisme berjuta bunga
dan terlupa akan pembaca yang gundah
gelisah menanti datangnya pujaan
Dalam album foto seorang ibu,
penuh gambar dan komentar bangga
akan tingkah lucu dan kepintaran si buah hati
namun terlupa akan getirnya rasa
si wanita yang tak kunjung diberi amanah olehNya
Ohh betapa dunia begitu menguasai hati,
baik yang memiliki maupun yang masih menanti
Sifat pamer dan sifat iri
manusiawi tetapi layak disingkiri
Semoga rasa malu dan rasa syukur
Selalu menyertaiku
Bahkan dalam facebook-ku
Februari 2011
==========
"Masa-masa LDR yang membosankan."
MERINDUKAN RINDU
Lenyap senyap
Hilang dia melesap
Menatap
Meratap
Kucari hingga jauh ke dalam
Rimbunan daun dalam temaram
Dia terkubur bersama prasangka,
berkabut peliknya problematika
Adakah kau yang sama?
Terjebak halusinasi romantis
Lagu cinta di saat gerimis
Sudah terlalu biasa
Kucari lagi semakin ke dalam
Sendiri...
April 2011
==========
"Terlalu lelah."
GALAU TINGKAT TINGGI
Untuk pertama (dan terakhir)
Untuk kedua (dan terakhir ?)
Untuk diriku dan aku
dan maafkan senyumku hanya untukku
dan maafkan diriku hanya untukku
dan maafkan aku, oh diriku
yang tak bisa memaafkan dunia
Hanya ingin mencium bau hamparan itu
Kamu bisa menjadi panas dan hujanku
yang menempaku, bukan melapukkan
yang mendekatkanku, bukan menjauhkan
bantu siapkan aku untuk kembali
dalam titipan yang masih kupegang erat hingga mati
Agustus 2012
==========
"Lagi-lagi perceraian karena orang ketiga, kisah seorang teman."
IKATAN ITU
Saat rasa itu sangat kuat terhadapmu
namun luntur di masa yang lain,
dan kemudian sesuatu terjadi
lalu kau meninggalkanku
Kita tidak pernah berbicara tentang ikatan
dan luapan rasa hanyalah satu-satunya alasan...
...ikrar itu kita ucapkan
Sungguh yang berharga adalah kesanggupan
untuk terus berada di dalamnya
Bahkan disaat hati DIKHIANATI
Tidakkah kita (pernah) saling mencinta ?
Dan sang buah hati adalah kebahagiaan kita?
Andai sama-sama berkaca...
Dan mungkin satu menit lagi aku akan mati...
Untuk apa menjawab rasa yang samar?
Dan berjerih meraih keindahan nan fana..
Aku hanyalah manusia yang lemah,
kaupun sama !
Kini ku di tepian JURANG
Jalan hidup yang tak terbaca,
namun tetap kuat melaluinya
Kalaupun tidak bersamamu,
Dia yang akan menuntunku
Aku akan tetap tersenyum,
dan menjadi matahari untuk anakku
Jakarta, Juni 2014
Komentar
Posting Komentar